inibaru indonesia logo
Beranda
Foto Esai
Minggu, 14 Jul 2024 09:00
Gebyok Ukir Jepara di Mata Amim Mustafi
Penulis:
Alfia Ainun Nikmah
Alfia Ainun Nikmah
Bagikan:
Proses awal pembuatan gebyok, membuat pola di kayu jati sebelum diukir.
Gunungan atau wayang menjadi salah satu motif yang paling banyak dipesan untuk gebyok ukir.
Berbagai alat ukir yang menjadi gaman para perajin gebyok di Jepara.
Kayu jati berkualitas baik menjadi kunci utama menciptakan gebyok ukir bernilai jual tinggi.
Proses pengampelasan hasil ukiran sebelum gebyok dicat.
Gebyok ukir sebelum dirangkai. Butuh ketelitian untuk memastikan tiap bagian sinkron atau presisi dengan bagian lain.
Proses pembuatan gebyok yang sudah melalui tahap pengecekan.
Amim Mustafi sedang mengenalkan motif Majapahit yang menjadi ciri khas gebyok ukir Jepara.
Untuk pengiriman, gebyok ukir dikemas dalam bentuk terpisah, lalu dirangkai setelah tiba di tujuan. 
Usaha gebyok ukir Jepara telah menjadi sumber pendapatan Amim Mustafi sejak lebih dari satu dekade lalu.

Usaha gebyok ukir Jepara telah menjadi sumber pendapatan Amim Mustafi sejak lebih dari satu dekade lalu.

Lebih dari sedekade menggeluti usaha ini, apa makna gebyok ukir Jepara di mata Amim Mustafi?

Inibaru.id - Kabupaten Jepara di Jawa Tengah hingga kini masih konsisten menjadi salah satu pusat kerajinan ukiran kayu terbesar di Indonesia. Julukan ini terus melekat di kota berjuluk The World Carving Center ini diyakini karena para seniman ukir di sana terus mengalami regenerasi.

Bersisian dengan pekerjaan umum seperti petani, nelayan, dan buruh pabrik, menjadi perajin kayu ukir memang cukup lazim di Jepara, khususnya di wilayah timur. Salah satu karya yang paling banyak mereka garap adalah gebyok ukir.

Sedikit informasi, gebyok adalah dinding atau penyekat rumah yang biasanya terbuat dari kayu yang diukir. Gebyok menjadi ciri khas rumah adat Jawa, meski kini mulai banyak diaplikasikan pada rumah modern untuk memunculkan kesan njawani, estetik, dan "mahal".

Amim Mustafi adalah salah seorang perajin gebyok yang cukup dikenal di Jepara. Karyanya beragam dan pelanggannya pun banyak. Maklum, lelaki 25 tahun ini sudah lebih dari sedekade menggeluti seni ukir, mulai dari bekerja di tempat tetangganya hingga kini punya workshop sendiri.

"Sekitar lima tahun saya ikut (mengukir) di tempat tetangga. Setelah merasa bisa, saya coba bikin usaha sendiri karena mikir (manajemennya) bakal lebih mudah ," ujar lelaki asal Desa Pringtulis, Kecamatan Nalumsari tersebut kepada Inibaru.id belum lama ini.

Harus Sabar dan Telaten

Awal-awal menggeluti profesi ini diakui Amim tidaklah mudah. Menurutnya, mengukir gebyok memang nggak gampang karena karena membutuhkan kesabaran dan ketelatenan untuk menyelesaikannya. Perajin juga harus berhati-hati karena bahan baku pembuatan gebyok cukup mahal.

"Yang dipakai untuk gebyok biasanya adalah kayu jati. Satu gebyok umumnya butuh sekitar 2-3 meter kubik kayu dengan kisaran harga Rp2-3 juta per meter kubik," jelasnya sembari memperlihatkan tumpukan kayu jati yang belum diukir.

Perajin, lanjutnya, memulai pembuatan gebyok dengan memilih bahan yang sesuai, lalu memotong-motongnya menjadi balok sesuai ukuran. Setelahnya, kayu digambari pola tertentu yang nantinya akan menjadi pemandu untuk mengukir.

"Untuk pola bisa bermacam-macam, tergantung pesanan; bisa ukir Jawa atau Bali, wayang, bentuk Rama-Sinta, flora, fauna, hingga kaligrafi; meski yang ini (kaligrafi) masih jarang," papar Amim. "Kalau Jepara, yang paling terkenal adalah ukiran Majapahit."

Memakai Bahan Berkualitas

Menurut Amim, kayu jati sengaja dipilih sebab ia mampu bertahan hingga puluhan tahun. Kayu yang dipilih juga yang kualitasnya bagus. Ciri khasnya, kayu berwarna lebih gelap dan kandungan airnya nggak terlalu banyak.

"Kayu yang murah biasanya jati lokal, berwarna agak putih dengan kandungan air cukup banyak. Kalau yang bagus (berwarna gelap) harganya bisa 2-3 kali lipat lebih mahal (dari jati lokal)," kata dia.

Proses pengukiran, imbuh lelaki yang selalu tampak akrab dengan pekerjanya ini, membutuhkan waktu sekitar 1-2 hari. Setelahnya, kayu dirakit, dicek tingkat presisinya, dan diampelas beberapa tahap agar halus. Terakhir, proses finishing dengan memberi cat doff atau glossy.

"Jika sudah dicat, gebyok perlu menginap dulu di gudang sehari biar kering. Jadi, pembuatan satu gebyok secara keseluruhan kurang lebih butuh waktu dua mingguan lah," simpul dia.

Banyak Permintaan

Menurut Amim, pasar gebyok ukir di Indonesia cukup potensial. Namun, proses yang panjang dengan jumlah pekerja yang terbatas membuatnya acap kesulitan mengejar permintaan yang terburu-buru. Modalnya juga nggak cukup untuk memenuhi semua permintaan karena bahan baku gebyok mahal.

"Ini kan hasil kerajinan tangan, bukan cetak. Sementara, perajin kami terbatas," keluhnya. "Kami juga sudah senior semua karena anak muda lebih milih (kerja) di pabrik."

Namun demikian, dia mengaku tetap mensyukuri hasil yang sejauh ini telah dia dapatkan. Amim senang karena bisnisnya semakin dikenal luas lantaran selain mengandalkan penjualan offline, dia juga rajin berpromosi via Instagram. Ke depan, dia juga berencana aktif di Tiktok.

"Untuk pengiriman, kami biasanya pakai kargo atau pembeli datang langsung. Gebyok dikirim dalam bentuk pisah-pisah, nanti dirakit di sana," terangnya.

Melihat potensi pasar gebyok yang cukup besar tersebut, sangat disayangkan kalau proses regenerasi seniman ukir di Jepara mandek lantaran para pemudanya menyerah dengan profesi ini. Gimana menurutmu, Millens? (Alfia Ainun Nikmah/E03)

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved