inibaru indonesia logo
Beranda
Foto Esai
Kamis, 18 Jul 2024 12:44
'Surfing' di Banjir Kanal Barat Semarang: Seru, tapi Bahaya!
Penulis:
Murjangkung
Murjangkung
Bagikan:
Meluncur dari mercu bendung Banjir Kanal Barat Semarang menjadi hiburan berbagai kalangan, khususnya anak muda. 
Hampir tiap sore surfing di Banjir Kanal Barat menjadi tontonan masyarakat Kota Semarang.
Kedalaman air di Bendungan Pleret yang menjadi tempat surfing di Banjir Kanal Barat Semarang cukup fluktuatif, menjadikannya berbahaya bagi para peselancar.
Bersama-sama bersiap meluncur di mercu bendung Banjir Kanal Barat Semarang.
Saat meluncur di mercu bendung, peselancar bisa saja terjatuh, lalu terkilir atau mengalami luka gores.
Meski berbahaya, tren surfing di Banjir Kanal Barat Semarang juga menjadi berkah bagi para penjaja minuman dan penganan. 
Bendungan Pleret di Banjir Kanal Barat kini menjadi lokasi paling hit bagi kalangan anak muda di Semarang untuk menghabiskan waktu sore.
Meski memberikan hiburan yang seru, Bendungan Pleret di Banjir Kanal Barat Semarang kurang cocok disebut sebagai tempat wisata. 
Dengan pakaian seadanya, para peselancar bersiap menuju mercu bendung untuk meluncur.
Butuh menuruni tangga yang lumayan tinggi untuk bisa mencapai mercu bendung di Bendungan Pleret, Banjir Kanal Barat, Semarang.

Surfing di Banjir Kanal Barat menjadi salah satu hiburan yang seru di Semarang baru-baru ini. Namun, karena masuk Zona Khusus, berselancar di sini sebetulnya berbahaya.

Viral di medsos, 'surfing' di Banjir Kanal Barat kini menjadi salah satu destinasi wisata paling ramai di Semarang. Padahal, mesti tampak seru, meluncur di mercu bendung ini sebetulnya berbahaya, lo!

Inibaru.id – Banjir Kanal Barat (BKB) selalu punya hal menarik di mata saya. Begitu banyak cerita di Kota Semarang yang bermula dari sungai yang menyisir Kota Lunpia dari sisi barat ini. Dari yang muram hingga menyenangkan; dari penemuan mayat hingga kini dikenal dengan wahana berselancarnya!

Yap, kamu nggak salah baca! Jika Jakarta punya pusat tongkrongan anak muda yang viral di medsos bernama Citayam Fashion Week, hari-hari ini Semarang juga memiliki cerita serupa, yakni Surfing di Banjir Kanal. Hampir tiap sore, ratusan anak muda akan berada di sini untuk berselancar.

Saya sebetulnya agak geli mengatakan “berselancar”, karena sejatinya mereka hanyalah meluncur dari sisi atas sebuah mercu yang ada di Banjir Kanal Barat. Bentuknya yang miring dialiri air membuat orang bisa berseluncur dari ujung atas hingga dasar mercu laiknya bermain perosotan.

Masyarakat Semarang sebetulnya sudah mengenal perosotan di mercu bendung itu sejak lama, tapi baru viral di medsos hari-hari ini. Begitu viral, orang-orang yang penasaran pun mulai menyambangi tempat yang dikenal sebagai Bendungan Pleret tersebut, bahkan turut menjajalnya.

Nyore di Sungai

Aktivitas berselancar di Banjir Kanal Barat biasanya dimulai selepas Asar, sekira pukul 15.00 WIB. Orang-orang yang cuma pengin nonton atau nyore di sungai biasanya bakal memilih duduk-duduk di pinggir kali, sementara yang pengin berselancar akan segera turun ke bendungan.

Sore itu, saya bertemu Wisnu yang sengaja datang jauh-jauh dari Klipang, menempuh perjalanan belasan kilometer, untuk berselancar di BKB. Begitu tiba, dia segera menanggalkan kaus, lalu meletakkannya bersama tas di celah tuas pintu air karena di situ nggak ada loker.

“Ini sudah yang kedua (berselancar di BKB). Lihat di Instagram, kok sepertinya seru dan keren!” seru lelaki 16 tahun ini sembari bergegas menuruni tangga, menyusul teman-temannya yang sudah lebih dulu tiba di sisi atas perosotan.

Dari kejauhan, saya melihat Wisnu dan teman-temannya telah bergabung dengan para peselancar lain yang siap meluncur. Mereka tampak antusias, meski mimik muka mereka acap bias antara cemas dengan keinginan untuk tertawa lepas.

Dari Zaman Belanda

Sejarawan Semarang Rukardi Achmadi lewat bukunya Remah-Remah Kisah Semarang menuliskan, bermain perosotan di Bendungan Pleret diyakini telah dilakukan sejak zaman Kolonialisme Belanda. BKB yang saat itu bernama Western Bandjirkanaal dibangun untuk irigasi sekaligus pengendali banjir.

Kala itu, ada penjaga pintu air berkulit hitam bernama Zimmerman yang membuat klub pehobi perosotan di sana. Dia begitu dikenal orang hingga namanya diabadikan sebagai nama jalan inspeksi di sisi timur BKB, yakni Zimmermanns-laan.

Pascakemerdekaan RI, Simmermanns-laan diubah menjadi Jalan Basudewa. Rukardi mengatakan, kanal yang membentang dari Desa Lemahgempal hingga ke Laut Jawa itu tetap dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari, sekaligus menjadi tempat pelesiran.

"Banyak orang datang ke tempat itu untuk memancing, menikmati pemandangan, atau bermain perosotan," tulisnya.

Bahaya yang Mengintai

Membaca cerita Rukardi tentang BKB membuat saya membayangkan, apakah situasinya seramai ini? Apakah mereka menuruni perosotan yang licin oleh lumut itu sambil berdiri juga? Adakah orang-orang seperti Wisnu yang datang dari desa tetangga yang jaraknya jauh pula?

Pikiran saya masih melayang jauh ketika tiba-tiba Wisnu sudah berdiri di samping saya sembari memandangi temannya yang nyengir kesakitan lantaran tangannya terkilir. Menurut Wisnu, tubuh terkilir atau terluka saat meluncur memang menjadi hal lazim saat mereka berselancar di sana.

Namun begitu, saya nggak melihat satu pun orang yang tampak kapok. Berkali-kali terjungkal, tetap saja mereka mencoba meluncur lagi dan lagi. Mereka bahkan nggak menyadari betapa bahayanya meluncur di bendungan tersebut, sebagaimana diungkapkan Bayu, penjaga pintu air Bendungan Pleret.

“Bermain di bendungan ini sebetulnya cukup berisiko, terlebih kalau wilayah atas (Kabupaten Semarang) hujan. Air bah bisa datang kapan saja. Meski ada penanda seperti warna air menjadi keruh, ngggak semua orang menyadarinya,” kata Bayu di Bendungan Pleret, Senin, 15 Juli 2024.

Bukan Zona Umum

Tren berselancar di Banjir Kanal diakui Bayu cukup membuatnya repot karena perosotan itu sejatinya bukanlah Zona Umum. Pintu air dan bendungan adalah Zona Khusus yang nggak boleh dimasuki sembarang orang. Bahkan, sudah ada larangan yang tertera, termasuk untuk bermain di sana.

"Kami sudah kunci semua akses ke bendungan. Kami gembok. Tapi, ada saja yang lewat dari Zona Umum (taman bendungan), lewat bawah. Mlipir. Sejak viral memang yang datang banyak, susah ngasih tahunya,” keluhnya.

Bayu pun bercerita, sore sebelumnya dia sempat mendapati seorang peselancar yang nyaris tenggelam di penapung air di sisi mercu bending yang kedalamannya mencapai dua meter. Dia selamat karena berhasil meraih tangga. Maka, dia berpesan agar nggak menjadikan tempat itu sebagai destinasi wisata.

“Kesannya jadi tempat wisata, padahal bukan. Perlu ada yang menjelaskan bahaya bermain di mercu,” tegasnya.

Sebagai penjaga pintu air, tujuan Bayu tentu saja demi keselamatan para pengunjung Bendungan Pleret. Gimana menurut kamu, Millens? (Murjangkung/E03)

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved