Inibaru.id - Salah satu yang bisa kita manfaatkan dari kehadiran Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan adalah bantuan untuk menulis artikel, cerita, bahkan puisi. Platform AI seperti ChatGPT yang merupakan AI generatif berupa percakapan berbasis teks itu bisa membuat tulisan dengan sangat baik, hampir seperti bikinan manusia.
ChatGPT yang digadang-gadang memiliki kecerdasan setara kemampuan kognitif manusia memang dibuat dengan konsep Large Language Model (LLM) sehingga memungkinkannya untuk mengerti, mempelajari, dan menerjemahkan sekumpulan data menjadi sebuah teks.
Karena kepandaiannya itu, nggak heran sekarang banyak sekali orang yang membuat esai, cerita, tulisan dengan bantuan ChatGPT. Sayangnya, nggak sedikit yang menggantungkan 100 persen tulisan dari hasil olahan AI tersebut.
Padahal, meski hasilnya terlihat sempurna, tulisan terutama cerita yang dihasilkan ChatGPT nggak bisa disamakan dengan bikinan manusia, Millens. Lalu, di mana letak perbedaannya? Hm, perbedaannya ada di "nyawa" dari tulisan itu.
Haoran "Chris" Chu, PhD, profesor hubungan masyarakat di Universitas Florida melakukan sebuah penelitian. Dia menganalisis tulisan atau cerita yang dibuat oleh AI
"AI pandai menulis sesuatu yang konsisten, logis, dan koheren. Namun mereka masih lebih lemah dalam menulis cerita yang menarik dibandingkan manusia," ucapnya dalam laman resmi Universitas Florida, dikutip Kamis (14/11/2024).
Dalam studi yang terbit di Journal of Communication pada September 2024, Chu dan rekannya, Sixiao Liu, PhD dari University of Central Florida menguji bagaimana orang menilai cerita yang sama, tetapi ditulis manual oleh manusia dan dihasilkan oleh ChatGPT.
Hasilnya, cerita yang dihasilkan oleh ChatGPT cenderung dinilai rendah setelah mengetahui bahwa AI yang menulisnya. Meskipun dalam beberapa kasus cerita itu memang ditulis oleh manusia.
Dalam studi ini para peneliti berfokus pada dua elemen penting dalam sebuah narasi, yaitu countering dan transportasi.
"Transportasi adalah pengalaman yang sangat akrab. Rasanya begitu asyik dengan narasinya sehingga kamu tidak lagi merasakan kursi kaku di bioskop," ujar Chu.
"Cerita-cerita yang ditulis oleh AI nggak bisa membawa pembaca ke dalam dunia narasi. Ini merupakan alasan mengapa AI masih belum bisa menggantikan penulis manusia, terutama dalam dunia hiburan seperti penulis skenario Hollywood," tambahnya.
Nah, dari penelitian ini, seharusnya kita sadar bahwa cerita yang benar-benar indah, menyentuh kalbu, dan membuat pembaca terhanyut nggak bisa dibikin oleh AI. Penulis masih tetap memegang peranan untuk memberikan "nyawa" pada setiap tulisannya. (Siti Khatijah/E07)