Inibaru.id - Desa Purworejo di Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak telah lama dikenal sebagai kampung nelayan dengan hasil tangkapannya yang melimpah. Nah, sedekade terakhir, desa yang acap terdampak banjir rob saat air pasang ini juga mendapat predikat baru, yakni penghasil rumput laut.
Sentra penghasil rumput laut di desa tersebut berpusat di Dukuh Purworejo. Sejak 2010, mayoritas warga di dukuh ini telah melakukan budi daya alga bernama latin Gracilaria dengan memanfaatkan tambak ikan yang selalu terkena rob sebagai ladangnya.
Riyanto, salah seorang petani rumput laut di Dukuh Purworejo mengungkapkan, pengembangan pertanian rumput laut di desanya bermula dari uji coba yang pernah dilakukan mahasiswa dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang belasan tahun silam
"Pas lihat potensi rumput laut ini, saya coba benahi tambak yang mangkrak (karena rob) jadi ladang rumput laut," terangnya saat ditemui Inibaru.id baru-baru ini. "Rumput laut yang kami tanam ini nggak terpengaruh oleh rob, cuma agak layu saja saat musim hujan. Selebihnya aman!"
Jual Kering dan Basah
Kebanyakan petani rumput laut di Dukuh Purworejo telah melakoni usahanya selama lebih dari satu dekade, nggak terkecuali Riyanto. Kini, sekali panen dia mengaku bisa menghasilkan sekitar delapan ton rumput laut.
"Saya punya sembilan hektare tambak yang dijadikan ladang. Tiap tambak seluas 300 meter persegi rata-rata menghasilkan sekitar tujuh kuintal rumput laut. Jadi, tiap panen sekitar delapan ton. Panennya per sembilan hari," sahutnya.
Riyanto menambahkan, hasil panen rumput laut tersebut nantinya dijual ke pengepul dalam bentuk basah maupun kering, tergantung permintaan pelanggan. Untuk rumput laut kering, harganya Rp5.800-6.000 per kilogram, sedangkan yang basah hanya dimahar Rp1.000.
"Dari pengepul, rumput laut disetorkan ke pabrik atau distributor lainnya; dalam bentuk kering atau basah, tergantung permintaan calon pembeli nantinya," akunya.
Merambah Pasar Mancanegara
Nggak hanya didistribusikan untuk memenuhi pasar lokal, Riyanto mengungkapkan, rumput laut dari Desa Purworejo juga mulai merambah pasar mancanegara, termasuk hasil budi dayanya. Dia mengklaim, produk mereka bisa diekspor karena kualitasnya memang bagus.
"Rumput laut kebanyakan dipakai sebagai bahan dasar kosmetik untuk kecantikan. Nah, di tempat kami, rumput laut yang dihasilkan punya kualitas unggul serta bersih dari limbah dan bahan kimia berbahaya lain, jadi sangat dibutuhkan para produsen kosmetik," jelasnya.
Agar terus punya kesempatan memasarkan produknya ke luar negeri, Riyanto mengaku rutin mengevaluasi kinerja mengecek konsistensi kualitas rumput laut hasil budi dayanya. Saat ini, dirinya baru merambah pasar Asia, tapi nggak menutup kemungkinan untuk menyasar negara lain.
"(Untuk ekspor) sekarang baru level Asia; ada ke India, Filipina, Malaysia, dan Singapura," tutupnya.
Tambak yang mangkrak karena terus dibanjiri air rob pun rupanya masih bisa dimanfaatkan untuk menangguk keuntungan dengan budi daya rumput laut ya, Millens? (Sekarwati/E03)